Selasa, 20 Mei 2008

FORSIPP Gelar Training Management Pesantren Profesional


Harapan masyarakat terhadap peran pendidikan pesantren relatif masih tinggi, lembaga pendidikan tertua di Indonesia ini masih dianggap mampu membentengi kehidupan masyarakat dari pengaruh global yang negatif. Namun masih ada keraguan dari kalangan masyarakat dalam menejemen pengelolaan pesantren.

Persoalan inilah yang melatarbelakangi Forum Silaturrahmi Pondok Pesantren Kabupaten Sleman (FORSIPP) memformulasi gagasan dengan menyelenggarakan training manajemen pesantren berbasis teknologi informasi (IT). Kegiatan ini dilaksanakan di PP Jabal Nur, Mlangi Nogotirto Gamping, Sleman, Ahad (10/7).

Training sehari ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari 100 pondok pesantren di wilayah Kabupaten Sleman. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Bupati Sleman yang diwakili bidang Kesara Drs Bambang Maryanto, turut hadir pula dalam acara ini PK Pontren Sleman, Drs Sadiyo.

“Training ini diadakan untuk memberdayakan kemampuan pondok pesantren khususnya dalam bidang pengelolaan lembaga pesantren berbasis Teknologi Informasi. Dengan memberikan bekal teoritis tentang administrasi kepesantrenan dan juga sharing pengalaman antar pesantren di Kabupaten Sleman dalam mengelola administrasi kepesantrenan” demikian papar Kyai Unsul Jalis, ketua panitia yang juga pengasuh muda PP An-Nashat Mlangi.

Kegiatan ini menghadirkan pembicara dari unsur Akademisi dan Praktisi, yaitu Drs H Syafaruddin Alwi, MM yang mempresentasikan tentang menejemen pesantren. Drs H Agus Susilo Endiarto, MM, RM Mahrus, H effendi M.Pd Yang berbicara mengenai Teknologi Informasi dan Kiki Ferdiansyah Wijaya yang banyak bergulat mengenai Administrasi Pesantren.

“Akan ada rencana tindak lanjut dari kegiatan ini. Supaya masyarakat santri tidak terlalu ketinggalan dengan mereka-mereka yang mengelola pendidikan formal, karena pesantren akan ditinggalkan masyarakat kalau tidak segera berbenah”, lanjut Kyai Jalis.

Dikatakan, pesantren sebagai lembaga pendidikan juga memiliki fungsi pelayanan terhadap kehidupan masyarakat luas. Pesantren harus memiliki peran nyata tidak saja bagi penyelesaian masalah-masalah agama tetapi juga masalah-masalah sosial.

Oleh karenanya sikap ekslusif, menutup diri, yang sering ditampakkan pesantren selama ini harus segera di ubah menjadi sikap inklusif, membuka diri, terhadap perkembangan zaman sehingga kedua peran di atas, pendidikan dan sosial, dapat dijalankan dengan seimbang.

”Apalagi jika mengingat bahwa dengan datangnya era modernisasi dan globalisasi, peran pesantren sebagai penyebar ilmu pengetahuan dan agen perubahan masyarakat cenderung berkurang, atau malah digantikan oleh lembaga lain,” kata Kyai Jalis.

Dalam hal ini pola pengelolaan pesantren baik yang terkait dengan administrasi maupun proses belajar mengajar kurang mengikuti system dan pola pendidikan mutakhir untuk meningkatkan peran pesantren bagi masyarakat, baik dalam bidang pendidikan maupun sosial keagamaan, maka diperlukan upaya sistematis yang mampu menunjang kinerja pondok pesantren di satu sisi, dan memberdayakan kemampuan lembaga pesantren pada sisi yang lain.

Diharapkan juga dalam pelatihan ini pesantren kedepan dapat menjadi lembaga pendidikan dan pengajaran yang profesional dengan kekuatan sistem yang ada dan tidak menafikan adanya dukungan perkembangan tekhnologi dalam mendukung pengelolaan pesantren.(den-ron)